Itu ketika Soekarno menjumpai Teungku Muhammad Daud Beureueh di Negeri Aceh dan berjanji dihadapan Teungku Muhammad Daud Beureueh, pada waktu itu Negeri Aceh secara de-facto dan de-jure berdiri sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan dan pendudukan Belanda.
Setelah pasukan Sekutu (Inggris - Gurkha) yang diboncengi oleh tentara Belanda dan NICA (Netherland Indies Civil Administration) dibawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mendarat di Medan pada tanggal 9 Oktober 1945. Pada tanggal 13 Oktober 1945 terjadi pertempuran pertama antara para pemuda dan pasukan Belanda yang dikenal dengan pertempuran "Medan Area".
Pada tanggal 10 Desember 1945 seluruh daerah Medan digempur pasukan Sekutu dan NICA lewat darat dan udara. Bukan hanya di Medan, di Padang dan Bukittinggipun digempur pasukan Sekutu dan serdadu NICA. Sedangkan di Aceh Sekutu itu menggerakkan pasukan-pasukan Jepang untuk menghadapi dan menghantam pejuang-pejuang Islam Aceh, maka
pecahlah pertempuran yang dikenal sebagai peristiwa Krueng Panjo/Bireuen, pada bulan November 1945. Kemudian Sekutu mengirim lagi pasukan Jepang dari Sumatra Timur menyerbu Aceh sehingga terjadi pertempuran besar di sekitar Langsa/Kuala Simpang. Pihak pejuang Islam Aceh yang langsung dipimpin oleh Residen Teuku Nyak Arif. Kemudian pasukan Jepang dapat dipukul mundur. (30 Tahun Indonesia Merdeka, 1945-1949, Sekretariat Negara RI, 1986, hal.70-71)
Kemudian tidak lama setelah pasukan Jepang dapat dipukul mundur dari Negeri Aceh, maka pada tanggal 25 Maret 1947 ditandatangani persetujuan Linggajati di Istana Rijswijk, sekarang Istana Merdeka, Jakarta. Dimana perjanjian Linggajati ini dari pihak RI ditandatangani oleh Sutan Sjahrir, Mr.Moh.Roem, Mr.Soesanto Tirtoprodjo, dan A.K.Gani, sedangkan dari pihak Belanda ditandatangani oleh Prof.Schermerhorn, Dr.van Mook, dan van Poll. Dimana isi perjanjian Linggajati itu, secara de pacto RI dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Sumatra, Jawa, dan Madura. RI dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia Serikat, dengan nama RIS, yang salah satu negara bagiannya adalah RI. RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda selaku ketuanya. (30 Tahun Indonesia Merdeka, 1945-1949, Sekretariat Negara RI, 1986, hal.119,138)
Nah dari sinilah dimulai cerita penipuan Soekarno terhadap Teungku Muhammad Daud Deureueh dengan janji dan ikrar "Sebagai seorang Islam, saya berjanji dan berikrar bahwa saya sebagai seorang presiden akan menjadikan RepublikIndonesia yang merdeka sebagai negara Islam dimana hukum dan pemerintahan Islam terlaksana. Saya mohon kepada kakak, demi untuk Islam, demi untuk bangsa kita seluruhnya, marilah kita kerahkan seluruh kekuatan kita untuk mempertahankan kemerdekaan ini" (S.S. Djuangga Batubara, Teungku Tjhik Muhammad Dawud di Beureueh Mujahid Teragung di Nusantara, Gerakan Perjuangan & Pembebasan Republik Islam Federasi Sumatera Medan, cetakan pertama, 1987, hal. 76-77)
Mengapa Soekarno berani berjanji dan bersumpah seperti itu ? Karena setelah ditandatangani persetujuan Linggajati di Istana Rijswijk tanggal 25 Maret 1947, ternyata memang benar beberapa Negara dan Daerah diluar Negara RI 17 Agustus 1945 telah muncul dan berdiri sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan Negara RI 17 Agustus 1945 yang diproklamirkan oleh Soekarno.
Misalnya di daerah Pasundan, tangal 4 Mei 1947 di Alun-alun Bandung, Ketua Partai Rakyat Pasundan Soeria Kartalegawa memproklamirkan Negara Pasundan dan pada tanggal 16 Februari 1948 Negara Pasundan dinyatakan resmi berdiri dengan R.A.A. Wiranatakusumah dipilih menjadi Wali Negara dan dilantik pada tanggal 26 April 1948. (30 Tahun Indonesia Merdeka, 1945-1949, Sekretariat Negara RI, 1986, hal. 140, 171)
Kemudian di Kalimantan Tenggara pada tanggal 9 Mei 1947 telah lahir dan berdiri Dewan Federal Borneo Tenggara yang dipimpin oleh Abdul Gaffar Noor. Didaerah Borneo Barat pada tanggal 12 Mei 1947 telah lahir dan berdiri Daerah Istimewa Borneo Barat dengan Sultan Pontianak Hamid Algadrie II diangkat sebagai Kepala Daerahnya. (30 Tahun Indonesia Merdeka, 1945-1949, Sekretariat Negara RI, 1986, hal. 141)
Di Kalimantan Timur berdiri pada 12 April 1947 Daerah Siak besar dan pada 4 Februari 1948 diganti nama menjadi Federasi Kalimantan Timur yang dipimpin oleh Adji Muhammad Parikesit.Daerah Bangka, Daerah Belitung dan Negara Riau membentuk konfederasi pada 12 Juli 1947 yang Kepala Pemerintahannya dipegang oleh Masjarif gelar Lelo Bandaharo.
Di Madura pada 23 Januari 1948 berdiri Negara Madura dengan R.A.A. Tjakraningrat diangkat sebagai Wali Negara dan diresmikan pada tanggal 20 Februari 1948. (30 Tahun Indonesia Merdeka, 1945-1949, Sekretariat Negara RI, 1986, hal. 164)
Di Daerah banjar berdiri Daerah Banjar pada 14 Januari 1948 yang dipimpin oleh M. Hanafiah.
Di daerah Dayak besar berdiri Dayak Besar pada 7 Desember 1946 dan diakui 16 Januari 1948 yang dipimpin oleh J-van Dyk.
Di Sumatra Timur, pada 24 Maret 1948 berdiri Negara Sumatra Timur yang ber Ibu Kota Medan dengan Dr. Teungku Mansyur diangkat sebagai Wali Negara. (30 Tahun Indonesia Merdeka, 1945-1949, Sekretariat Negara RI, 1986, hal. 176)
Di Sumatera Selatan berdiri Negara Sumatera Selatan dengan Walinegara AbdulMalik pada tanggal 30 Agustus 1948.
Di Jawa Timur berdiri Negara Jawa Timur pada 26 November 1948 dengan Wali Negara R.T. Achmad Kusumonegoro
Di Daerah Jawa Tengah berdiri Daerah Jawa Tengah pada 2 Maret 1949.
Di Tasikmalaya, Jawa Barat, Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo pada tanggal 7 Agustus 1949 telah memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia dengan S.M. Kartosuwirjo diangkat sebagai Imam Negara Islam Indonesia.
Tetapi ada juga negara yang didirikan sebelum diadakan persetujuan Linggajati di Istana Rijswijk tanggal 25 Maret 1947, yaitu Negara Timur Besar yang didirikan pada 24 Desember 1946 dan diganti nama menjadi Negara Indonesia Timur pada 27 Desember 1946 dengan kepala Negaranya Tjokorde Gde Rake Sukawati.
Nah sekarang, memang masuk diakal, mengapa Soekarno dengan berani berjanji dan berikrar dihadapan Teungku Muhammad Daud beureueh bahwa "akan menjadikan Republik Indonesia yang merdeka sebagai negara Islam dimana hukum dan pemerintahan Islam terlaksana. sebagai negara Islam dimana hukum dan pemerintahan Islam terlaksana." Karena pada waktu itu Negeri Aceh yang secara de-facto dan de-jure bebas dari pengaruh kekuasaan dan penjajahan Belanda diharapkan akan mendukung Negara RI 17 Agustus 1945 yang diproklamirkan oleh Soekarno.
Disamping itu Soekarno telah melihat dengan nyata akibat ditandatangani perjanjian Linggajati di Istana Rijswijk tanggal 25 Maret 1947 itu melahirkan Negara-Negara Baru dan daerah-Daerah baru yang berada diluar pengaruh kekuasaan Negara RI 17 Agustus 1945.
Dimana Negara-Negara dan Daerah-Daerah baru yang telah berdiri ini selanjutnya membentuk Badan Permusyawaratan Federal atau Bijeenkomst voor Federal Overleg (BFO) yang dipimpin oleh Sultan Hamid II dari Kalimantan Barat.
Dan jelas, terlihat bahwa Negeri Aceh walaupun tidak termasuk kedalam anggota Negara/Daerah bagian Badan Permusyawaratan Federal atau Bijeenkomst voor Federal Overleg (BFO) yang dipimpin oleh Sultan Hamid II dari Kalimantan Barat, tetapi Negeri Aceh tetap secara de-jure dan de-facto berdiri sendiri bebas dari pengaruh kekuasaan dan penjajahan Belanda dan juga tidak termasuk wilayah kekuasaan negara RI 17 Agustus 1945 yang diproklamasikan oleh Soekarno.
Nah itulah, Komandan Satuan Tugas Penerangan (Dansatgaspen) PDMD Prov.NAD Kolonel Laut Ditya Soedarsono di Negeri Aceh penjelasan mengenai saat Soekarno datang ke Negeri Aceh dan bertemu dengan Teungku Muhammad Daud Beureueh untuk berjanji dan berikrar dengan memanggil Kakak kepada Teungku Muhammad Daud Beureueh.
Jadi, panggilan Soekarno kepada Teungku Muhammad Daud Beureueh dengan panggilan Kakak, karena pada waktu itu Negeri Aceh secara de-facto dan de-jure berdiri sendiri bebas dari Negara RI 17 Agustus 1945.
Mengenai yang dipertanyakan Kolonel Laut Ditya Soedarsono: "Tapi sungguh aneh kenapa anda kok tidak memperjuangkan Jawa Barat. Kan itu kampong halaman akang? Dan juga tidak dalam bagian NKRI Jawa Jogja! Lucu. Kampong halamannya sendiridibiarkan malah orang Sunda ini membelah angan-angan Hasan Tiro! Kuwalat anda kang Mamad dengan leluhur anda di Sumedang!"
Begini Kolonel Laut Ditya Soedarsono, pertama apabila Negeri Aceh bebas dari NKRI, kemudian dilanjutkan dengan langkah kedua Negara Islam Indonesia yang diproklamirkan Imam SM Kartosuwirjo akan menyusul.
Jangan khawatir Kolonel Laut Ditya Soedarsono. Pembongkaran besar-besaran taktik dan strategi Soekarno mengenai pencaplokan Negara-Negara dan Daerah-Daerah yang telah dijalankan oleh Soekarno akan terus berlangsung.
Tidak ada komentar
Posting Komentar