Manusia mulia yang biasanya begitu sangat dikasihi dan dipuja oleh anak- anak mereka, yaitu ibu, menjadi sangat berbeda dengan penilaianku kini. Begitu sedih rasanya ketika mengetahui kenyataan bahwa ibuku telah dengan rela menyuapi mulutku dengan makanan yang haram.
Dalam hati aku menyesal, menangis dan marah, aku yang tidak tahu apa- apa harus ikut menanggung beban aib yang diciptakan ibuku. Bahkan sempat terbersit dalam hati aku protes kepada sang maha pencipta, mengapa harus aku yang ditakdirkan menjadi anak dari seorang ibu yang seperti ini? Bukankah masih banyak wanita yang bisa Allah pilihkan untukku, yang bisa aku banggakan sebagai ibuku?. Tapi sudahlah, marah dan protes itu tidak akan menyelesaiakan masalah, tapi malah akan semakin membuatku sedih.
Ingin rasanya aku mendoakan ibuku, agar beliau senantiasa dijaga dan dalam perlindungan Allah selama dalam pelariannya. Tapi bagaimana jika nanti doaku tidak dikabulkan oleh Allah, karena dalam darahku mengalir "rejeki" haram?
Kini, masihkah aku harus menghargainya sebagai orang tua?. Tapi kalau beliau disebut orang tua, mengapa beliau tega membawa aku dalam pusaran maksiat yang begitu besar dan siksa neraka yang akan sangat menyakitkan?. Siapapun tidak akan mengerti apa yang aku rasakan, karena label keburukan itu akan terus melekat kepadaku, seumur hidupku, bahkan sampai aku mati. Aku dan saudara- saudaraku adalah anak dari seorang koruptor.
Ibu, kalau aku boleh jujur, aku tidak pernah bangga menjadi anak dari seorang yang kaya, karena aku tahu sebenarnya kekayaan malah akan memisahkan aku dan ibu seperti ini. Aku tidak pernah bahagia dengan kemewahan, bahkan karena kemewahan sekarang hilang kebanggaanku kepada orang yang seharusnya begitu aku hormati. Memang tidaklah pantas aku bersikap demikian, namun begitulah bahasa hatiku yang sebenarnya, Aku malu mempunyai orang tua seorang koruptor, pemakan uang rakyat yang akan pasti membawa kesengsaraan bagi mereka semua.
Ibu, kalau boleh aku meminta, aku tidak butuh dihargai sebagai anak seorang dengan status sosial yang tinggi. Terbukti, kesemua itu justru menjadi awal bencana bagi keluarga kita, dan karena godaan hal itu pula, akhirnya seluruh keluarga, termasuk kakak dan adikku ikut menjadi malu karenanya.
Wahai ibu, tolong ajari kami kebaikan, karena kami masihlah anak- anak. Kalau memang ibu menganggap bahwa kesemua hal yang ibu lakukan adalah demi kami, maka tolong jangan lagi berdalih demi kami, karena kami tidak menginginkan harta, jabatan, atau apapun dari ibu. Yang kami inginkan adalah hanya seorang ibu yang baik, yang mulia disisi Allah, untuk kami.
Ibu, kami masih menyayangimu, walau apapun yang telah dan akan terjadi kepadamu. Namun kami mohon, sudahi semua ini. Kembalilah menjadi seorang ibu panutan kami. karena hanya hal itu yang kami butuhkan. Kami merindukanmu, dimanapun kau berada tolong sudahilah semua ini. Demi kami, anak- anakmu yang akan senantiasa mencintaimu.
Sumber: http://www.voa-islam.com/muslimah/article/2011/08/22/15829/ibuku-koruptor/
Tidak ada komentar
Posting Komentar